Hari Gizi Nasional ke – 63 yang diperingati 25 Januari 2023 mengusung tema ”Protein Hewani Cegah Stunting”. Apasih sebenarnya hubungan stunting dan protein hewani? Yuk kita simak tulisan berikut. Pada tahun 2014 diperkirakan terdapat 159 juta anak di bawah 5 tahun yang mengalami stunting di seluruh dunia. Kemudian pada tahun 2013, sebanyak 37% anak usia di bawah 5 tahun terindikasi stunting dimana 18%-nya mengalami stunting berat. Indonesia merupakan negara dengan angka stunting tertinggi ke-5 di antara negara-negara dengan beban kasus stunting tinggi. Survei SSGI tahun 2021 menunjukkan bahwa angka stunting di Indonesia masih tinggi yakni 24,4% meskipun mengalami penurunan dari 27,7% pada tahun 2019. Lantas apa sih stunting itu? Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting pada anak usia kurang dari 5 tahun merupakan penghalang yang paling signifikan terhadap tumbuh kembang manusia. Hal ini dikarenakan mengalami stunting dan malnutrisi pada 1000 hari pertama kehidupan dapat bersifat permanen sulit untuk diperbaiki. United Nations Emergency Children’s Fund (UNICEF), mengatakan bahwa stunting disebabkan oleh dua faktor yakni langsung dan tidak langsung. Faktor langsung adalah konsumsi makanan dan riwayat mengalami infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung meliputi pola asuh, ketersediaan bahan pangan, sosioekonomi, budaya, dan politik. Selain itu, stunting juga dapat dipicu akibat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tidak mendapatkan ASI Eksklusif, tidak mendapatkan imunisasi lengkap, serta higiene dan sanitasi yang buruk. Stunting juga disebabkan oleh kondisi dan gizi ibu sebelum hamil, saat hamil, dan setelah melahirkan. Dalam rangka mengatasi stunting di Indonesia, pemerintah berupaya mendorong masyarakat untuk memenuhi gizi ibu sejak hamil, menyusui, dan saat MP-ASI terutama protein hewani. Mengapa protein hewani? Belakangan ini diketahui bahwa angka kecukupan protein masyarakat Indonesia masih didominasi oleh jenis protein nabati dengan rata-rata konsumsi sebesar 56,7 gram per hari sementara protein hewani hanya 42,8 gram per hari. Menurut beberapa studi, protein hewani sangat penting dalam penurunan stunting. Terdapat korelasi yang signifikan antara stunting dan konsumsi pangan yang berasal dari hewan seperti telur, daging/ikan dan susu serta produk olahan susu misalnya keju yoghurt dan lain-lain. Hal ini dikarenakan protein yang bersumber dari hewani mengandung lebih banyak jenis dan jumlah asam amino esensial daripada protein nabati. Asam amino esensial inilah yang berperan penting dalam tumbuh kembang anak. Kualitas makanan dapat dinilai dari kelengkapan jenis asam amino. Semakin banyak jenis asam amino, maka semakin tinggi nilai proteinnya. Ada beberapa jenis asam amino esensial yang tidak dapat diproduksi dalam tubuh, sehingga harus dipenuhi melalui konsumsi makanan terutama protein hewani. Nah sudah paham kan mengapa protein hewani sangat penting untuk mencegah stunting. Yuk perbanyak konsumsi protein hewani! REFERENCES Artanti, G.D., Fidesrinur, & Garzia, M. (2022). Stunting and Factors Affecting Toddlers in Indonesia. Jurnal Pendidikan Usia Dini 16(1). DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.161.12. Beal, T., Tumilowicz, A., Sutrisna, A., Izwardy, D., & Neufeld, L. M. (2018). A review of child stunting determinants in Indonesia. Maternal & Child Nutrition, 14(4). https://doi.org/10.1111/mcn.12617 Ernawati, Fitrah, et al. (2016). Gambaran Konsumsi Protein Nabati Dan Hewani Pada Anak Balita Stunting Dan Gizi Kurang Di Indonesia. Penelitian Gizi dan Makanan 39(2), 95-102, DOI:10.22435/pgm.v39i2.6973. Headey, D., Hirvonen, K., & Hoddinott, J. (2018). Animal Sourced Foods and Child Stunting. American journal of agricultural economics, 100(5), 1302–1319. https://doi.org/10.1093/ajae/aay053 Kemenkes RI. (2023). HGN 63: Protein Hewani Cegah Stunting. Diakses dari https://kesmas.kemkes.go.id/konten/133/0/hgn-63-protein-hewani-cegah-stunting Wicaksono et al. (2020). Determinants of Stunted Children in Indonesia: A Multilevel Analysis at the Individual, Household, and Community Levels. Kesmas: National Public Health Journal. 2020; 15 (1): 48-53 DOI:10.21109/kesmas.v15i1.2771